Sabtu, 17 Agustus 2019

Novel : "Lament Meratapi Kehilangan" Part 46-49



--- Part 46 ---

Senandung piano mengisi seluruh ruangan. Tangan pianis terlihat sangat luwes memainkan setiap tus. Siang hari terasa sangat tenang. Sampai sang pianis berhenti permainannya.

Suara tepuk tangan seseorang mengisi ruangan itu sekarang.

"Hebat! Kamu selalu hebat Mun."

"Kak Excel? Dari kapan udah disini?"

Munella terlihat sangat senang melihat kehadiran Excel.

Excel menghampiri Munella. Membawa sebuket bunga.

"Dari tadi. Ini buat kamu."

Excel memberikan buket bunga itu. Yang berisi bunga mawar merah. Munella sangat senang. Ia menerimanya.

"Thanks ka!"

Munella memeluk Excel. Excel pun tersenyum senang.

"Apa sih yang gak buat princess kecil." Excel mencubit gemas pipi Munella.

Munella hanya tersenyum. Sebenarnya Munella sangat menyukai setiap perlakuan istimewa Excel padanya.

"Kak aku mau ngomong sesuatu." Wajah Munella seketika menjadi pucat.

"Apa?"

"A-aku... Sebenarnya.."

"Kamu kenapa?" Excel mengusap wajah Munella. Seketika wajah Munella memerah.

"A-aku suka sama kakak."

Excel menarik tangannya dan sedikit menjaga jarak antara dirinya dengan Munella. Wajahnya terlihat sangat pucat. Bagaimana ini? Excel sudah punya Ezaah, tapi jika dia menyakiti Munella maka itu akan memperburuk penyakitnya.

"Ke-kenapa kak? Apa kakak udah punya pacar yah? Maaf kak aku lancang."

Sedih menyelimuti wajah Munella. Ini tidak boleh terjadi. Excek harus menjaga Munella dengan baik. Excel tidak bisa membiarkan satu lagi cewek yang sakit hati karenanya.

Excel langsung mendekatinya dan menatapnya.

"Aku cuma ngerasa aku bodoh Mun. Ngebiarin kamu nyatain perasaan duluan." Excel menghembuskan nafasnya. "Aku juga suka sama kamu Mun. Sayang malah. Aku rasa ini waktunya yang tepat untuk kita pacaran."

Wajah Munella kembali berseri-seri.

"Jadi kita pacaran kak?"

Excel mengangguk dengan senyum penuh keyakinan. Munella tersenyum sangat bahagia.

Apakah ini dapat dibilang pengkhiatan? Mungkin tidak bagi Excel. Bagaimana pun juga dia ingin menjaga Munella sebaik mungkin. Dan ini adalah keputusan yang terbaik.

Tiba-tiba Munella teringat sesuatu.

"Ohiya, Kak aku diundang buat mengisi acara di stasiun televisi kak!"

"Wah hebat banget! Kapan?"

"Nanti sore jam 4. Kakak bisa kan nganterin aku?"

Excel berpikir sejenak. Itu adalah jam tepat dimana Excel janjian ketemu Ezaah. Excel melihat arjoli ditangan kirinya. Menunjukan pukul 13.52.

Melihat Excel yang diam, membuat ekspresi senang Munella pun hilang.

"Okay kakak bakal Dateng."

Excel berkata itu tanpa berpikir panjang. Dia hanya tak ingin membuat Munella sedih.

"Yippie!!! Kalo gitu sekarang aku siap-siap yah kak."

Munella merasa puas dengan jawabannya Excel. Munella bergegas pergi ke kamarnya.

Ketika Munella sudah benar-benar pergi. Ekspresi Excel berubah menjadi pucat. Tanpa sadar Excel telah bertindak sejauh ini. Tidak. Mungkin Dia hanya akan membuat Ezaah menunggu sebentar saja. Setelah acara Munella, dia akan menemui Ezaah.


--- Part 47 ----


Panas!

Itulah yang dirasakan Ezaah yang tengah berdiri di pinggir jalan. Banyak lalu lalang kendaraan umum yang menawarkan jasanya. Namun semua itu dia tolak. Karena tujuannya berdiri disini adalah menunggu seseorang.

Ezaah menunggu Excel. Banyak orang yang memperhatikan Ezaah. Pasalnya dia berdiri sendirian seperti tak tau tujuan.

Setelan casual kaos hitam dan rok hitam selutut yang dikenakan Ezaah sudah mulai basah akibat kringatnya.

Ezaah melihat jam tangan yang melingkar ditangannya.

Pukul 17.48.

Ezaah menghembuskan nafas. Sudah hampir 2 jam dirinya menunggu Excel. Excel belum kunjung datang. Ini juga salah Ezaah, Seharusnya Ezaah memiliki ponsel sehingga tau kabar Excel.

Tapi Ezaah yakin, Excel tidak akan lupa atau ikar janji. Ezaah akan terus menunggu. Sampai Excel datang.

18.55 Excel belum datang

19.27 Excel masih belum datang.

Ezaah masih setia berdiri sendirian dipinggir jalan. Sudah ada beberapa orang yang menanyakan tujuannya berdiri. Tapi Ezaah selalu menjawab mereka dengan tersenyum dan bilang "saya sedang menunggu seseorang."

20.49 Ezaah masih menunggu.

Menurut Ezaah, Excel pasti sebentar lagi datang. Dia meyakinkan hatinya bahwa Excel tidak akan lupa. Walaupun dirinya mulai ketakutan. Jalanan sudah mulai sepi. Wajahnya yang tadi berseri-seri, sekarang terlihat sangat pucat. Pakaian yang ia kenakan sudah terlihat kusam.

"Ezaah?"

Sapa seseorang dipunggungnya. Ezaah pun menengok. Berharap itu adalah Excel. Tapi sayang, tebakannya salah.

Yang menghampirinya adalah Viola dan Agnes yang membawa beberapa teng-tengan.

"Hai." Senyuman Ezaah tidak terlihat cantik seperti biasanya. Senyum itu tampak aneh. Dirinya terlihat sangat pucat.

"Lo ngapain berdiri disini Za?"

Viola Memperhatikan penampilan Ezaah yang sudah berantakan.

"Muka Lo pucet banget."

Agnes memegang kening Ezaah.

Panas.

"Za Lo sakit! Ayo pulang sekarang!" Agnes menarik tangan Ezaah.

"Et gausah Nes. Gue baik-baik aja kok. Gue lagi nunggu Excel. Kita janji jalan hari ini." Ezaah melepaskan tangan Agnes. Dengan senyumnya yang dipaksakan lagi.

"Lo gila yah Za? Mana mungkin Excel dateng. Apalagi Lo berdua jalan. Ini udah malem! Gak mungkin" Viola sudah mulai kesal.

"Sut!! Tenang vio." Agnes mengusap punggung Viola dan langsung menatap Ezaah.

"Za, lo janjian sama Excel jam berapa Za?"

"Ja-jam 4."

"Apa? Jam 4?"

Viola menunjukan jam tangannya ke Ezaah.

"Liat? Sekarang hampir jam 9. Lo nunggu dia udah hampir 5 jam Za! Excel gak akan dateng Za!"

Ezaah hanya terdiam. Viola benar. Pikirnya. Sudah cukup lama dia berdiri disini. Tanpa memperdulikan kakiknya yang pegel sejak tadi. Tapi kenapa Excel gak dateng? Apakah dia sibuk? Apakah dia sedang di dalam masalah? Apakah Excel lupa?

Tes

Tes

Tes

Cairan berwarna bening lolos dari kedua mata Ezaah. Pikirannya terus berkelahi dengan hatinya. Dia sangat bingung.

"Ta-tapi Excel gak bakal ikar janji." suara Ezaah terdengar tercekat. "Dia gak akan lupa.."

Ezaah semakin tenggelam didalam isaknya. Ada sebuah perasaan yang sangat menyesakan dadanya. Sangat sakit.

Agnes dan Viola langsung memeluknya.

"Maaf Za. Kata-kata gue keterlaluan. Gue cuma mau Lo sadar kalo Lo lagi sakit." Viola mengusap air mata Ezaah.

"Sekarang mending kita pulang yah." Agnes mengusap kepala Ezaah dengan lembut. Ezaah pun mengangguk dan menghapus air matanya. Ezaah tersenyum kembali.

"Nah gitu dong senyum! Ini bar..."

Tiba-tiba Ezaah tidak bisa mendengar ucapan Viola ataupun suara-suara disekitarnya. Wajahnya berubah semakin pucat. Arah pandangnya Semakin buram. Menghitam. Sampai pada akhirnya tubuh Ezaah jatuh menyentuh trotoar.


--- Part 48 ----

"Apakah itu namanya Wanita? Pura-pura tegar padahal sebenarnya dia sakit."

-Rexcel Do Pamine-

*******

----Excel Prov----

Hujan.

Kali ini hujannya sangat deras. Sebenarnya bagiku hujan bukanlah masalah. Aku cuma khawatir dengan Munella yang sedang aku bonceng. Dia sangat lemah. Aku takut hujan ini akan memperburuk keadaan penyakitnya.

"Mun, Deket sini ada rumah kakak. Kita mampir dulu yah sampai hujannya reda." Aku berbicara dengan nada tinggi agar dapat didengarnya.

"Iya kak!" Suaranya juga terdengar lantang.

Aku tersenyum lebar. Gadis ini benar-benar kuat.

"Tadi serukan ke kebun binatang nya?"

"Seru banget. Aku seneng banget."

Munella memelukku dengan erat. aku sama sekali tidak menolak pelukannya itu. Bukankah itu wajar? Ini kan motor. Kita harus berpegang erat.

Aku juga masih memikirkan Ezaah. Kemarin kita janjian ingin jalan, tapi aku yang tidak bisa menolak munella. Ini semua karena penyakitnya. Aku cuma berharap dia hanya menunggu sebentar lalu pulang. ya aku harap begitu. Lagipula, mana mungkin Ezaah menunggun Aku lama-lama.

Apakah aku mengabaikannya? Entahlah. Aku hanya merasa sangat nyaman berada disisi Munella dibandingkan bersama Ezaah. Aku juga merasa lebih menyayangi Munella daripda Ezaah. Tunggu, apakah aku selingkuh? Munella tidak tau bahwa aku punya pacar. Aku takut membuat Munella kecewa. Sepertinya aku sangat memikirkan perasaan Munella.

Tidak terasa. Aku dan Munella sudah sampai didepan pintu gerbang. Aku memencet beberapa kali klakson motorku. Tak lama kemudian Bi Ayu membukakan gerbangnya. Aku dan Munella langsung memasuki perkarangan rumah dan memarkirkan motorku. Munella pun turun dari motor diikuti diriku. Munella tidak langsung masuk rumah. Dia malah main-main sama hujannya.

"Ayo kak mandi hujan. Seru loh!" Dia tertawa riang. Menari ditengah hujan. Dia terlihat sangat cantik.

"Kamu bandel yah. nanti bisa sakit." Aku mencubit hidungnya. Tapi dia malah memeletkan lidahnya. "yeh Udah berani sama kakak yah? Ayo masuk."

"Ngga mau. kita main disini dulu sebentar." Munella memajukan bibirnya dan melipatkan kedua tangannya didadanya.

"Kamu nanti sakit Mun, ayo lah masuk."

"Pokoknya main dulu!"

Aku bingung serta serba salah menanggapi Munella. tapi hal itu tidak membuatku merasa jenuh. Malah membuatku merasa senang.

Akhirnya aku menggendongnya dengan bride style. Munella awalnya terlihat kaget. Tapi tak lama dirinya tertawa.

"Nanti kalo kamu sakit siapa yang bakal ngisi langit dimalam hari selain kamu Moon."

Munella tersenyum lebar.

Aku mengendong Munella sampai didepan pintu rumah. Aku melihat ada seseorang yang tengah berdiri didepan pintu. Semakin aku melangkah mendekati pintu rumah, semakin jelas orang itu berdiri dengan tatapan nanar melihatku.

Itu Ezaah. Tunggu, kenapa dia tiba-tiba kemari? Sampailah aku di pintu rumah. Aku memperhatikan Ezaah berdiri didepan pintu dengan memegang payung yang terlihat basah dan kantung plastik berwarna putih.

Ezaah menatap ku dengan wajah terkejut. Ya ampun tentu saja. Aku mengendong Munella dengan gaya begini. Aku langsung menurunkan Munella. Munella juga terlihat bingung dengan kehadiran Ezaah yang tidak dikenalnya.

"Kamu siapa?"

Munella membuka pertanyaan yang sangat mencengkam. Ezaah memperhatikan Munella yang basah kuyup. Entah apa yang sedang dipikirkan Ezaah. Sumpah aku khawatir dan gugup. Ezaah pasti akan marah-marah. Seperti yang setiap cewek lakukan.

"Hai aku Ezaah. Sepupunya Excel." Ezaah tersenyum ramah lalu mengulurkan tangannya ke Munella.

Wajahku memucat. 
Kenapa Ezaah berbohong?

Munella menjabat tangan Ezaah dengan hangat.

"Aku Munella. Pacarnya kak Excel."

Damn! Tamatlah riwayatku. Aku memperhatikan wajah Ezaah terlihat pucat. Pasti diotaknya berpikiran hal-hal buruk tentangku. Sudah sepatutnya seperti itu.

"Oh aku gak tau kalo Excel udah punya pacar." Senyum Ezaah kembali lagi. Sejak kapan Ezaah bisa berakting senyum seperti itu?

"Ohiya, Aku mampir kesini cuma mau ngasih Excel ini." Ezaah memberikan kantung plastiknya ke diriku. Aku pun menerimanya.

"kakak gak mau masuk dulu?"

Ezaah menggelengkan kepalanya.

"Gak, makasih. Aku cuma khawatir aja sama Excel. Kemarin dia gak ada kabar seharian, aku kira dia sedang sakit."

"Oh kemarin kak Excel ikut sama aku ke stasiun televisi."

Mata Ezaah sedikit membulat. Sudah pasti! Entah seberap banyak kemarahannya kepadaku yang sudah dia pendam.

"Aku pulang dulu yah. Udah sore." Ezaah membuka payungnya dan melangkah diantara hujan.

"Bye Excel. Bye Munella." Ezaah masih menatap aku dan munella dengan senyum. Sampai sosoknya pergi diantara hujan. Senyumannya itu menunjukan bahwa tidak ada apa-apa. Ada apa dengan dirinya? Harusnya dia marah kan?

Munella menarik tanganku memasuki rumah. Tingkah Munella masih seperti biasa. Ceria. Sedangkan Ezaah. Aku masih belum bisa memahami dirinya. Apakah dia kecewa? Bodoh! Pasti dia benar-benar sakit hati. Mana mungkin ada orang yang baik-baik saja saat orang yang disayanginya selingkuh? Dan aku tau persis rasa sakitnya itu seperti apa. Sakit sekali.

Tapi tadi apa?Apakah itu namanya Wanita? Pura-pura tegar padahal sebenarnya dia sakit.

***

Aku berdiri didepan gerbang sekolah Ezaah. Melihat satu persatu orang-orang yang keluar. Sebenarnya ini sangat aneh, aku menggunakan seragam sekolah SMA Anugerah di SMA Neo. Tak sedikit juga orang yang melihat ku dengan tatapan aneh. Yah biarkan saja. Toh aku ada urusannya sama Ezaah, bukan sama mereka. Aku terus memperhatikan wajah orang-orang yang keluar. Tak lama aku melihatnya.

Dia sedang berjalan bersama kedua teman ceweknya. Dia masih seperti biasa. Ngobrol seperti tidak ada hal buruk terjadi. Selalu tersenyum. Menyapa siapapun yang dia kenal.

"Ezaah!" Seketika Ezaah dan kedua temannya itu berhenti. Mereka menengok ke arah ku.

"Excel?" Ezaah menyapaku dengan senyumnya. Masih dengan tersenyum? Bukannya dengan tatapan sinis? Dia menghampiriku.

"Tumben banget kamu ke sini. Ada apa?"

Dia masih saja menatapku dengan ramah. Seakan tidak pernah terjadi apapun. Aku tidak suka melihatnya begini. Aku tau pasti dia sangat kecewa sama aku. Hatinya sangat sakit. Tapi itu semua dia tutupi. Kenapa dia tak bisa jujur saja?! Atau terang-terangan seperti cewek pada umumnya yang marah-marah dan membenci ketika cowoknya selingkuh.Kalo begini terus Aku semakin merasa bersalah.

"Kamu yang kenapa?! Stop aktingnya! Kenapa kemarin kamu gak marah ataupun sedih pas kamu tau jelas aku selingkuh!"

"Kenapa aku harus marah?" Suaranya terdengar lembut. Dia tersenyum.

"Ya-ya ka-karena aku sama Munella..." Kenapa aku yang jadi gugup? Mungkin ini namanya kekuatan kesabaran.

"Aku gak marah kok. Masa aku marah ngeliat kamu bahagia."

Ya Tuhan. Cewek ini! Dia masih saja memikirkan perasaanku. Padahal dia yang sangat terluka. Dia masih saja tersenyum. Seolah dirinya benar-benar baik-baik saja.

"Kenapa kemarin kamu bohong kalo kamu sepupu aku?"

Ezaah menatapku lembut.

"Kalo aku bilang aku pacar kamu, nanti Munella bisa sedih kan."

Terbuat dari apa hatinya? Kenapa dia jadi sekuat ini? Kenapa aku yang jadi jahat?

"Aku selingkuh."

suaraku mulai terdengar serak. Ada nada penyesalan dalam ucapanku. Ya aku menyesal.

"Aku tau kok."

"Kenapa kamu diem aja? Ga marah ataupun cemburu?"

"Kamu lucu yah. Kan kamu yang dulu bilang cinta itu dilandasi rasa kepercayaan."

"Tapi ini bukan percaya Za, ini kebodohan! Aku selingkuh Za!"

"Iya aku tau."

Dia masih saja menatapku dengan tersenyum.

Aku memang kejam. Aku tidak berani menatap matanya. Aku benar-benar malu dan tidak tau harus berbuat apa.

"Le-lebih baik kalo kita putus Za."

Aku sudah gila! Aku yang selingkuh dan aku yang minta putus. Sumpah aku tak berani menatapnya. Dia pasti akan mengamuk.

"Okay, kalo Itu yang terbaik untuk kamu."

Tidak marah lagi? Damn! Damn! Damn! Karena penasaran, aku pun melihat wajahnya. Dia tersenyum Senyuman Ezaah tidak hilang. Padahal aku sudah jahat sama dia. Apakah ini makna dari bunuh seseorang dengan kesabaran?

"Maaf Za."

"Tidak perlu. Aku malah belajar sesuatu. Kalo penghalang sebuah hubungan adalah ego kita sendiri."

JLEB! kata-kata Ezaah seolah menusukku.

Ezaah membelakangi diriku. Pasti dirinya sekarang menangis.

"Besok kalo kamu ada waktu, ke danau yah. Jam 7 malam. Ajak munella juga." Ezaah seketika menengok ke arahku. Dugaan ku salah. "Please yah." Dia tersenyum lebar. 


--- Part 49 ---


Lampu-lampu berwarna-warni dinyalakan mengelilingi danau. Terlihat, bunga-bunga yang berbagai jenis tertanam didekat danau kecil itu. Ada beberapa pohon besar yang menjulang tinggi yang dihiasi lampu-lampu kecil. Ada juga beberapa kursi berwarna-warni yang terlihat masih baru.

Cahaya rembulan dan bintang-bintang menambah akses lengkap pada malam ini. Dengan beralaskan tikar Ezaah duduk disana. Sudah ada panggangan dan beberapa makanan disekelilingnya.

Ezaah sendiripun berpakaian cukup santai. Dengan menggunakan jumpsuit hitam dan kaos berwarna putih. Wajah Ezaah yang terlihat pucat, ditutupi oleh make up yang natural.

"Za!" Suara seseorang yang tidak asing sudah terdengar. Ezaah langsung menghampiri teman-temannya yang ada di gerbang masuk danau.

"Hei, Lo pada cepet banget datengnya."

"Biasalah Viola perutnya ga bisa tahan sama makanan gratis." Edo mencubit pipi viola dengan tertawa kecil. Viola meringis kesakitan.

"Enak aja! Yang pengen buru-buru kan si Zio. Ngapa jadi gue yang disalahin."

Seketika mata Zio membelalak.

"Apa apaan Lo? Kok jadi gue?"

"Udahlah, jangan pada berantem! Ayo kita mulai aja acara bakar-bakarnya."

Ezaah menlangkah ke tempat tadi ia duduk, diikuti oleh teman-temannya.

Sepanjang jalan, Teman-temannya tercenggang kagum melihat pemandangan danau yang indah.

"Pantesan Za lo buat pesta perpisahan disini. Bagus banget."

Puji Viola yang tak hentinya memandang sekitarnya.

"Bagus banget Za! Lo cocok jadi designer interior!" Agnes juga ikut terpesona.

"Lo tau darimana danau ini Za?" Edo bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ini sebenarnya danau yang udah tua. Karena udah jatuh hati sama danau ini, gue rawat deh. Emang kecil sih, tapi baguskan? besok danau ini dibuka buat umum."

Ezaah tersenyum puas melihat teman-teman nya yang suka.

Mereka meng-ohkan perkataan Ezaah. Mereka semua duduk di atas tikar yang sudah Ezaah siapkan.

Mereka semua mulai berbagi tugas memanggang. Edo dan viola bagian memanggang. Agnes bagian menyiapkan cemilan. Zio dan Ezaah bagian menyiapkan minuman.

Mereka semua mengerjakan tugas mereka masing-masing dengan gembira.

Ketika persiapan sudah hampir selesai. Tibalah Excel ditengah mereka dengan Munella disampingnya.

Kehadiran Excel bersama Munella membuat mereka bertanya-tanya, kecuali Ezaah. Ezaah menyambut mereja dengan senyuman hangat.

"Hei, thanks udah dateng. Ayo duduk."

Ezaah mempersilakan Excel dan Munella duduk. Mereka pun duduk. Munella terlihat girang, sedangkan Excel terlihat canggung.

"Sedikit lagi persiapannya udah selesai. Mau minum dulu?" Ezaah masih seperti biasanya. Ramah.

"Dia siapa cel?" Viola membuka suara.

Seketika wajah Excel terlihat pucat.

"Oh kenalin ini Munella. Pa-pacar gue."

"Hai aku pacarnya kak Excel." Munella terlihat sangat ceria.

Viola, Agnes, Edo Dan juga Zio sangat terkejut. Terlihat jelas dimata mereka meminta sebuah penjelasan.

"Lo be-"

"Edo, dagingnya udah Mateng tuh. Ayo kita makan."

Ezaah memotong perkataan Zio. Hal ini tentu makin membuat benak mereka penuh tanda tanya.

Pesta yang tadinya menyenangkan, sekarang menjadi perang dingin. Hanya Ezaah dan Munella yang terlihat masih seperti biasa.

"Kak Ezaah, besok aku operasi loh. Aku udah dapet pendonor." Munella terus bercerita mengisi kedinginan yang terjadi.

"Oh ya? Selamat yah! Aku seneng dengernya."

Hal ini semakin membuat pertanyaan yang menjadi-jadi. Zio seketika menarik tangan Ezaah. Dan membawa Ezaah pergi ke ujung danau.

Sedangkan Viola menarik Excel ke sisi danau yang lainnya. Diikuti oleh Agnes. Tinggallah Munella dan Edo berdua. Wajah Munella seketika dipenuhi pertanyaan.

"Mereka kenapa kak?"

"Biasa, Viola mau nagih utang ke Excel." Edo memberikan sosis ke Munella. "Nih mendingan makan dulu."

Munella menerima sosis itu dengan senang. Memakan sosis itu sampai habis.

Edo sedikit tenang karena Munella mudah untuk dikelabuhi.

Disisi lain, Viola siap mengintimindasi Excel.

"Lo putus sama Ezaah?!"

"I-iya.."

Excel menjawab dengan gugup.

Viola berdecak kesal.

"Alesannya?"

"Gue selingkuh."

Viola seketika membelalakan matanya.

"Dan Lo tega?"

"Ini pilihan gue."

Viola memincingkan matanya.

"Jadi lo tega mematahkan hati orang yang jelas-jelas sayang sama lo, demi orang baru yang gak jelas hatinya?"

Excel terdiam tanpa kata. Dirinya pasrah kena caciang maki Viola.

"Pas hari kamis Lo kemana?"

Excel mengerutkan keningnya.

"Ke stasiun tv."

"Sama Munella?"

Excel menganggukan kepalanya.

"Lo gila yah?!"

Seketika nafas Viola naik turun. Dia sangat muak dengan manusia yang ada didepannya ini. Agnes mengelus pundak Viola.

"Vio sabar dulu.."

"Gimana gue mau sabar nes! Dia ngebiarin Ezaah nunggu berdiri di pinggir jalan selama 5 jam!" Viola menatap tajam Excel. "Dan dia malah asik selingkuh!"

"Tapi Lo juga harus tenang dulu Vio!"

Agnes seketika menatap Excel dengan tajam. "Kecewa gue sama Lo."

Agnes menarik tangan Viola. "Ayo kita balik."

Viola mengikuti Agnes kembali gabung ke Edo dan Munella.

Ezaah sudah ada disana. Ezaah memasang wajah yang ceria. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dirinya berusaha menghangatkan suasana. Tak lama Zio juga datang dan menghangatkan suasana.

Edo, Viola dan Agnes pun akhirnya sudah mulai terbiasa.

"Ara"

Ezaah menengok dan mendapati Edward yang tersenyum bersama Sarah serta gadis kecil bersama mereka.

"Papa! Tante juga dateng? Thank you. Ayo makan."

"Sorry papa baru dateng, tadi kerjaan kantor banyak."

"Gapapa kok, ayo makan. Celine pasti juga udah laper."

Perhatiaan Ezaah pun ke arah Celine.

"Hi Celine, I'm your sister."

"Really?" Celine menatap Sarah. Sarah menganggukan kepalanya. Wajah Celine seketika bahagia.

"Can we playing together?"

Sarah menganggukan kepalanya lagi.

"But, after we eating." kali ini Ezaah yang berbicara.

Celine mengangguk mengerti. Dia langsung duduk dan memakan makanan yang ada.

Edward dan sarah pun ikut bergabung.

"Za, dia ade Lo?" tanya Agnes.

"Iya, namanya Celine."

"Waah lucu banget."

Agnes memperhatikan wajah Celine. Matanya bulat, bulu matanya lentik dan pupil matanya yang hitam besar. Bibirnya yang munggil sangat lahap memakan sosis.

"De, kakak tunggu gede yah." kali ini Edo membuka suara.

Seketika Viola yang sedang asik makan membelalakan matanya.

"Jijik tau Lo!"

"Yeh bilang aja Lo cemburu."

"Idih amit-amit! Masa gue cemburu sama gala!"

Mereka berdua mulai berdebat lagi. Sedangkan Celine hanya menatap mereka, tak mengerti ucapan mereka.

"Sist, what are they talking about?"

Tanya Celine ke Ezaah

"It's not important."

Celine melanjutkan makannya. Tak menghiraukan Edo dan Viola yang berdebat. Sedangkan yang lain, bercanda dan berbincang seperti tidak ada masalah.

Tiba-tiba Sarah yang ada disampingnya Ezaah, bibirnya ke telinga Ezaah.

"Za, temen-temen kamu gak tau?"

"Biarkan mereka gak tau tan. Kalo mereka tau suasananya gak akan seperti ini." bisik Ezaah.

"Kamu yakin gak mau berobat?"

Ezaah hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum. Wajahnya menunjukkan dirinya baik-baik saja. Dia tak ingin membuat mereka semua khawatir. Apalagi teruntuk momen ini.

Momen inilah yang sangat berharga untuk Ezaah. Dimana orang-orang yang dia kasihi berkumpul disini. Orang-orang yang sempat dihancurkan hatinya. Orang-orang yang membuat Ezaah merasa berharga. Hanya kurang seseorang, yaitu mamanya.

"Ma, Aku sudah menjalani amanat mama. Memperbaiki hubungan yang ada. Sekarang, bolehkah aku kembali bersama mama?"

Bersambung ke part 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar