Minggu, 20 Mei 2018

Cerpen Romantis : Orang Asing

Semua berawal dari musim hujan. Saat matahari bersembunyi dibalik awan berwarna gelap. Saat air dari atas langit dengan perlahan menetes membasahiku tanpa ragu. Namun aku tetap melangkah perlahan, ya dengan perlahan. Aku menyukai hujan. Menikmati setiap tetesnya membasahi tubuhku.
Langkahku terhenti seketika, ketika menyadari hujan tak lagi ku rasakan. Aku melihat sekitar. Masih hujan. Tapi kenapa air berhenti membasahiku? Aku melihat ke atas kepalaku. Darimana asal payung itu? Aku melirik ke arah belakang. Aku mendapati seorang cowok yg berseragam tak sama denganku. Dia menatapku dengan senyumnya yang meluluhkan hatiku. Aku jatuh dalam pesonanya walau hanya sesaat, sampai aku tersadar, patung yang dia genggam diulurkan ke arahku. Sedangkan tubuhnya hampir basah kuyup.
Aku malu untuk melihat ke arah wajahnya. Suara yang pertama dia keluarkan membuat hatiku bergetar. Lagi-lagi aku jatuh dalam pesonanya. Dia bilang namanya Andre, saat menggulurkan tangannya. Namaku Andien, nama yang sangat biasa tapi dia bilang nama yang indah. Dan lagi-lagi, untuk pertama kalinya ada orang yang memuji namaku.
Andre mengantarku pulang sampai didepan pintu rumahku yang tak jauh dari sekolah. Selama perjalanan, dia melontarkan berbagai humor yang membuatku tertawa lepas. Tanpa sadar, aku nyaman berada didekatnya. Aneh bukan? Aku nyaman dengan orang asing. Padahal kita semua tau, "jangan percaya sama orang asing." Tapi aku rasa, aku bisa percaya padanya. Aku memberikan nomor ponselku.
Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa aku dan Andre sudah naik kelas XII. Meski sekolah kita berbeda, kami tetap kompak pulang bersama. Kita sering bersama. Kadang liburan pun kita jalan ke taman dekat rumahku walau hanya membeli cilok. Yang pasti, setiap hari aku selalu bertemu dengannya.
Untuk pertama kalinya ada seorang cowok memperlakukan seperti seorang putri. Mungkin aku memiliki rasa percaya diri terlalu tinggi, hingga merasa aku seperti diistimewakan. 
Tapi...
Sampai suatu hari dimulai, Andre sudah mulai jarang pulang sekolah bersamaku, mengunjungiku ataupun mengirimkan SMS. Aku tetap berpikir positif, mungkin dia sibuk dengan sekolahnya. Dia kelas 12, aku harus memahaminya. Tapi kenapa hari tanpanya membuatku merasa sangat kesepian? Kenapa tiap malam aku meneteskan air mata dibantalku karena merindukannya? Kenapa hati terasa sakit ketika sadar dia benar-benar telah menghilang.
Dan ketika dia menghilang, aku sadar. Dia menjadi alasanku tertawa bahagia, tapi sekarang dia adalah alasanku merasa sakit karena mencintainya. Ya aku jatuh cinta padanya. Selama ini aku terus menutupi kenyataan itu karena aku takut percaya sama orang asing.
Musim hujan datang kembali. Aku masih berdiri ditempat yang sama. Hujan turun yang turun juga sama derasnya. Semuanya masih sama. Hanya sosoknya saja yang tak ada. Menguap hilang, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Mungkin sekarang aku membencinya,ya aku membencinya. Karena memang seharusnya, "jangan percaya sama orang asing."
Saat aku menatap air hujan yang turun, seorang cowok menggunakan seragam yang sama dengan Andre menghampiriku dengan tergesa-gesa.
"Lo Andien kan?" Tebaknya.
"Ya aku, kamu siapa yah?"
"Gue Ray, teman Andre. Gue dikasih amanat sama dia buat ngasih ini ke Lo." Ray memberikan kotak kecil berwarna biru lengkap dengan pitanya dan payung kecil. Aku teringat, payung itu adalah payung yang sama saat pertama kali aku bertemu dengan Andre. Aku hanya memasang wajah bingung.
"Itu dari Andre, sebelum dia meninggal dia nitipin..."
Aku tak mendengar ucapan Rey selanjutnya. Andre meninggal? Bagaimana bisa? Perasaan sakit mengalir deras diseluruh tubuhku.
"Ke-kenapa dia? Kenapa dia bisa meninggal?"
"Lo gak tau? Dia ngidap penyakit kanker otak selama 3 tahun." Aku menggeleng keras. Berusaha menahan air mataku.
"Gue gak ngerti kenapa dia nutupin ini ke Lo, mungkin karena dia gak mau buat Lo sedih?" Tebak Ray.
Aku masih termanggu karena shock. Sedangkan Ray pergi yang aku balas hanya anggukan saja. Tangganku gemetar, memegang kedua benda ini.
Perlahan aku membuka kotak berwarna biru itu dengan perlahan. Aku terkejut. Ada sebuah foto aku dan Andre ditaman dengan senyum yang sangat bahagia. Tak tahan, air mata pun lolos dengan lancar dari pelupuk mataku. Aku merindukannya, tapi aku sudah kehilangannya.
Aku membalik foto itu, mendapati sebuah tulisan, "I love you Andien."
Tangisku makin pecah seketika. Aku memeluk foto itu dengan erat. Aku sangat menyesal telah menutupi perasaanku dengan membencinya, aku bahkan masih mencintainya sampai detik ini. Aku bahkan tak diberikan kesempatan untuk mengutarakan perasaanku. Musim hujan tahun ini tak sama dengan tahun lalu, ini musim kesunyian.
Dan lagi-lagi aku sadar, bahwa teman, sahabat, atau bahkan orang terdekat kita dulu adalah orang asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar