Senin, 01 Mei 2017

Cerpen: The Last Painful Wishes

Namaku Ricky Frenando. Aku punya tunangan bernama Steffi Andianti. Dan aku seorang calon CEO diperusahaan warisan papaku. Itulah informasi yang aku dapati dari org-org disekitarku tentang diriku. Org-org yang mengaku adalah keluargaku. Aku Amnesia. Mobil yg aku bawa mengalami kecelakaan sebulan lalu. koma selama tiga minggu dan baru saja keluar dari rumah sakit. Itu kata dokter padaku.

Keluargaku telah melakukan banyak sekali upaya untukku, agar dapat mengingat semuanya. Karena dugaan polisi, aku mengendarai dengan mabuk. Tapi aku tidak bisa mengingatnya. Sungguh, ditambah lagi sakit kepala yg gila ini datang ketika aku ingin bernostalgia.

Steffi juga baik sekali padaku, ia menemaniku selama aku dirawat, ia juga merawatku. Aku rasa ia adalah wanita yang baik dan cocok sekali dijadikan istri, aku senang sekali mendapatkan tunangan seperti dia.

Tapi entahlah, hatiku seolah menolaknya. Walaupun aku telah dikenalkan lagi oleh duniaku, tapi aku masih merasa ada sesuatu yg berharga yg hilang. Yang kadang membuatku menangis dalam diam ketika sendiri. Aku tidak tau apa yg telah aku tangisi. Tapi aku merasa aku harus bersedih.
Karena penasaran dengan ingatanku, aku menyelidiki diriku yg dulu.

Aku menemukan ponselku yg sudah retak layarnya, tapi masih bisa digunakan. Baterainya habis. Aku langsung men-charger'nya. Saat baterai ponselku mulai terisi, aku langsung menyalakannya. Seketika aku terkejut ketika ponselku aktif.

Aku lihat gambar wallpaper layar ponselku seorang wanita. Wanita dengan pose tersenyum cantik. Sangat mempesona. Aku merasa tak asing melihat wanita itu, tapi yang pasti wanita Itu bukan Stefi. Tapi foto wanita itu sukses membuat jantungku berpompa lebih cepat. Ada apa sebenarnya? Aneh sekali, tapi membuatku semakin penasaran.

Aku bertekad untuk mengetahui isi ponselku. Tapi sialnya, aku tidak tau passwordnya. Akhirnya ketika baterainya sudah penuh, aku langsung pergi ke service ponsel, dan untungnya saja, password bisa terbuka.

Dengan perasaan gemetar, Aku buka galeri diponselku. Foto wanita itu, banyak sekali digaleri. Apa aku maniak? Eett tunggu, terselip foto aku bersama gadis itu dengan pose lenganku ada dipinggangnya. Apa dia mantanku?

Aww.. Sial tiba-tiba kepalaku sakit lagi. Tidak. Ga boleh sekarang, aku harus mengingatnya. Karena aku hatiku ingin.

Setelah meminum obat dan beristirahat sejenak, aku kembali mencari tau wanita itu. Tidak mungkin wanita itu mantanku, karena photonya menjadi wallpaper ponselku. Aku menanyakan kepada orangtuaku tentang wanita itu, tapi orangtuaku tidak mengenalnya. Aku tanya kepada seluruh anggota keluargaku, tapi nihil. Aku kecewa.

Entahlah, aku seperti org frustasi. Kalo memang wanita itu pacarku, kenapa dia tidak datang kepadaku? Atau menjengukku? Dan kenapa Stefi telah menjadi tunanganku dua bulan lalu? Aku tidak mengerti. Apa aku selingkuh? Aku harus mencari tau.
Jika keluargaku tidak tau, akan ku tanyakan kepada teman-temanku. Cindy.

"Dia pacar lo" jawaban Cindy membuat aku kaget. Jadi benar dugaanku.

"Dan sekarang gue sama dia putus?"

"Gue gatau. Hubungan lo berdua kan emang ribet. Kaya benang kusut. Lagian ngapain lo tanyain dia? Bukannya lo udah tunangan sama Stefi?"

"Gue amnesia dan ini dorongan perasaan gue Cin. Ohya, namanya dan nomor lo tau ga?"

"Namanya Rachael Stein. Gue udah dua tahun gatau kabar dia. Gue cuma inget rumahnya."

"Kalo gitu, anterin gue ke rumahnya. Please." Aku memasang wajah memohon. Sungguh, aku benar-benar ingin tau tentang wanita itu.

Cindy menghela nafas, "Yaudahlah ayok"

Kami pergi ke rumah Rachael, Aku tidak tau apa arti perasaanku, tapi aku senang. Entahlah kenapa, yg jelas aku sangat senang ingin bertemu dengannya. Bahagia.

Ketika sampai dirumahnya, aku melihat ada wanita lanjut usia sedang duduk memandangi bunga-bunga didepannya.

"Permisi bu. Ini rumahnya Rachael yah?"
Wajah ibu itu seketika memucat, alisnya berkerut, ibu itu terisak. Ibu itu menangis. Aku bingung ada apa dengan ibu ini?

"Achel, Achel, mama kangen sama kamu." Ibu itu terus menangis. Aku dan Cindy berusaha menenangkannya. Jadi wanita ini ibunya Rachael, tapi kenapa Rachael seperti meninggalkannya? Jangan-jangan Rachael bukan wanita yg baik-baik? Atau dia memang tidak peduli dengan ibunya? Karena penasaran, Aku pun bertanya padanya.

"Emangnya Rachael kemana bu?"

"Maaf.. Aku tidak bisa menahan tangis. Kalian ini siapa Rachael?" Tanya ibu Rachael dengan nada serak.

"Hmm kami.. Teman lama Rachael."

"Kalian belum tau kabar ini? Rachael dia..." Ucapan ibu Rachael terpotong-potong akibat isaknya.

"Rachael kenapa bu?" Tanyaku semakin penasaran.

"Rachael..., dia udah pergi meninggalkan kita jauh.." Nada suara Ibu Rachael tercekat. "Rachael udah meninggal."

Tangisan ibu Rachael seketika pecah. Pernyataan ibu Rachael menbuat dadaku sesak. Dadaku seperti aku berhenti bernapas. Kepalaku tiba-tiba seperti berputar dan terasa sakit sekali. Pandanganku menjadi kurang jelas. Kenapa aku ini?

"Dia kecelakaan mo..." Ucapan ibu Rachael yg samar. Aku tidak dapat mendengar sekitarku. Badanku semakin berat dan akhirnya semua gelap.



Flashback


Seorang pria membawa mobil berwarna hitam. Bersama seorang Wanita disampingnya dalam hening.

"Hael, papa aku mempercepat pernikahan aku sama Stefi." Ucap seorang pria tampan. Dengan wajah yang sangat menyesal kepada Rachael.

Rachael yg berada disampingnya tersenyum, "Selamat yaa. Aku yakin, kamu dan Stefi jodoh.. Semoga kamu sama dia selalu bahagia." Ini diluar dugaan Ricky, Rachael memang tidak pernah memaksa Ricky. Tapi ini sukses membuat wajah Ricky mengeras.

"Kamu ngomong apa sih? Aku cuma mau nikahnya sama kamu Rachael. Please ikut aku ke rumah aku. Aku bisa batalin pernikahan sama Stefi dan menikah dengan kamu."

Rachael mengeleng-geleng kepalanya dan tersenyum, Ricky tau senyum itu palsu. Rachael selalu tersenyum. "Jangan. Aku mohon. Papa kamu punya penyakit jantung, itu bahaya. Aku mohon, bahagialah sama Stefi"

"Aku ga peduli." Ucapa Ricky yang mempercepat kecepatan mobilnya.

"Ricky, pelan-pelan. Ini bahaya." Panik Rachael

"Aku akan pelan kalo kamu bilang mau nikah sama aku."

"Ga-gabisa rick, please."

Mobil itu terus melesat dengan cepat, tidak memperdulikan lampu lalu lintas yg berwarna merah. Sampai pada akhir mereka menabrak sebuah truck yg tiba-tiba didepannya. Mobil itu dalam keadaan hancur.

Flashback off.


Kenangan itu, masa laluku, benar-benar aku bisa mengingatnya. Keluarga ku membenarkan bahwa aku kecelakan dengan seorang wanita, tapi wanita tersebut wajahnya hancur. Keluargaku juga menduga bahwa Rachael adalah temanku. Aku tidak pernah memperkenalkan Rachael karena takut penyakit ayahku kumat dan akhirnya aku menjalani pacaran diam-diam selama 6 tahun dengan Rachael.

 Rachael. Yatuhan, aku benar-benar mencintainya. Aku sangat menyesal. Sangat. Aku merindukannya.

"Aku mohon, bahagia lah sama Stefi"

Suara itu tergiang jelas dikepalaku. Ya, aku sadar, jika aku memang tidak bisa menjaga Rachael, tapi aku masih bisa memenuhi keinginannya. Menikahi Stefi.

Walaupun aku tidak bahagia dan perasaanku yg selalu merindukan Rachael, setidaknya aku bisa membuat Rachael tersenyum disana. Aku tidak akan pernah sedikitpun melupakan Rachael. karena aku percaya, kenangan itu indah, tidak ada kenangan yg menyakitkan.

I love you Rachael.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar