Sabtu, 17 Agustus 2019

Novel : "Lament Meratapi Kehilangan" Epilog



***4 years later***





"Gue gak suka Lo deket-deket cowok lain."

"Lah kenapa? Bagus dong. Lagian kan gue udah lama ngejomblo. Harusnya nikah malah. Itu kan peluang gue dapetin pacar." Viola menghembuskan nafas. "Gue susah dapet pacar gara-gara Deket sama Lo terus kali yah."

"Emangnya Deket sama gue aja ngga cukup?" Edo menatap Viola dengan tajam.

Deg

"Ko-kok ngomong nya gitu?"

"Lo harusnya sadar kalo Lo itu milik gue tanpa harus gue jelasin."

Viola menggaruk kepalanya. Dia bingung dengan maksud Edo sebenarnya.

"Ambigu deh."

"Gue serius. Lo mau nikah kan? Bulan depan kita nikah."

"What?! Maksud Lo apa sih?! Dasar lumpur Lapindo!" Viola mulai kesal dengan tingkah Edo.

"Panggil gue babe atau dear. Karena kita ini tunangan."

Viola menggelengkan kepalanya.

"Lo udah gila. Becanda Lo kaga lucu."

"Gue serius. Dan Lo harus jadi istri gue." Edo menatap Viola dengan tajam. Seolah itu adalah ancaman. Viola berdegik ngeri melihat Edo yang seperti ini.

"Lo stress! Kenapa jadi agresif begini?"

"Gue calon suami Lo." Edo tersenyum menyeringai.

Viola semakin takut dengan Edo. Viola menelan ludahnya.

"Udahlah gue mau balik." Viola mengambil tasnya dikursi sebelahnya.

"Jadi ceritanya Lo nolak?" Edo menatap Viola. Kali ini tatapannya tak bisa Viola gubriskan. "Tapi sorry gue gak terima penolakan." Kali ini Edo menatap Viola dengan tajam. "Ayo kita ke rumah ortu Lo buat minta Restu."

"LO COWOK GAK PUNYA OTAK! PSIKOPAT!" Suara Viola menggelegar diseluruh ruangan restaurant. Viola tak memperdulikan tatapan mereka.

"Gue punya otak. Buktinya malem ini gue suruh anak buah gue buat siapin acara pertunangan dalam waktu sejam."

Viola menatap Edo. Dia takut dengan pria ini. Setau Viola, Edo adalah CEO perusahaan furniture sekaligus mafia obat-obatan terlarang.

"Se-serem.."

"Ini gak serem dear. Lo mau yang lebih ekstrim lagi? Gue bisa perkosa Lo sekarang."

Viola menelan ludahnya kesekian kalinya. Dia tak berani menjawab lagi. Pria ini benar-benar psikopat! Batinnya.



*** Viola and Edo Wedding ****

Lampu warna-warni menghiasi taman. Berbagai bunga dan pohon tertanam memperindah taman itu. Banyak meja dan kursi berwarna putih sesuai dengan tema acara itu.

Cahaya rembulan menerangi malam. Betaburan bintang-bintang berkilauan yang menambah keindahan malam ini. Orang-orang yang hadir dalam acara itu tidak banyak. Tapi acara itu sangat meriah. Diiringi oleh band yang menyanyi dengan indah. Serta MC yang membawa acara. 

Panggung kecil yang terdapat ditaman itu diisi oleh sepasang pengantin. Mereka sama-sama menggunakan pakaian serba putih.

"Viola! Edo!" sapa Agnes yang menaiki panggung. Agnes tampak semakin cantik. Ditambah lagi potongan dress selutut yang ia kenakan. Menambahkan aura kecantikannya.

"Agnes!!" Tubuh Viola yang pendek langsung memeluk tubuh Agnes yang tinggi.

"Congarts yah Vio!" Agnes pun melepaskan pelukannya.

"Lo makin cantik aja." Puji Viola.

"Ah Lo juga makin imut aja." Agnes menjabat tangan Edo, "Congrats yah do."

Edo mengangguk.

"Eh tapi gue gak nyangka lo berdua bakal nikah. Perasaan dulu pas SMA kaya anjing sama kucing, berantem mulu."

Viola dan Edo tertawa kecil. Mereka memang sering berantem. Tapi siapa sangka, karena berdebatan yang mereka lakukan menghasilkan benih-benih cinta.

"Lo kapan nyusul Nes?" tanya Edo setengah mengejek.

"Gue? Ya gue mah santai aja. Baru juga umur 23 tahun. Masih mau puas-puasin masa lajang."

"Jangan kelamaan, nanti jadi perawan tua Lo."

"Amit-amit." Agnes mengusap ujung kepalanya. "Ohya, beruntung Lo, do. Dapet bini seorang chef. Bisa buncit perut Lo." Agnes tertawa mengejek.

"Bagus dong? Gue jadi lebih nyaman dirumah." Edo merangkul Viola. "Apalagi istrinya imut kaya dia." Edo menatap intens Viola. Semburat merah hadir dikedua pipi Viola. Seketika Viola mengalihkan pandangannya.

"Ehm.. Gue kaya nyamuk nih. Duh jadi iri deh. Kaya cuma gue yang masih jomblo." Agnes mengerutu.

"Bukan cuma Lo doang kok, cowok yanh dibelakang Lo juga masih ngejomblo." ucap Edo yang membuat Agnes melirik ke belalangnya. Ia mendapati pria tampan bermata hitam tajam bertubuh kekar yang berbalut kemeja hitam.

"Zio?" Agnes membelalakan matanya. Sejak pemakaman Ezaah, Agnes tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Zio. Zio seperti menghilang tanpa jejak.

Zio menghampiri Edo dan Viola. Zio tepat disamping Agnes.

"Lo salah kostum bro." Edo tersenyum melihat Zio yang mengenakan kemeja hitam. Padahal tema pernikahan Edo adalah putih. Menjadikan Zio menjadi pusat perhatiaan oleh beberapa mata.

"I don't care." Zio menjabat tangan Edo. "Selamat." lalu dia menjabat tangan Viola. "Congrats to you too, Viola, and be careful to have a husband like him." suara Zio terdengar sangat dingin.

Membuat Viola dan Agnes tersenyum kikuk. Zio benar-benar telah berubah. Bahkan, dia mengucapkan selamat tanpa senyum. Sedangkan Edo menghadapi hal itu seperti sudah biasa.

"Lo kemana aja selama ini Zio?" tanya Agnes.

"Anywhere." Ucap Zio sambil mengangkat kedua bahunya. Zio melirik arjoli yang melingkar ditangannya. "gue cabut yah."

"Lo disini belum ada 5 menit dan Lo udah mau pergi? Jahat banget dah Lo Zio." Viola mendesis kesal.

"Jangan buru-buru Zio, surprise buat Lo belum dateng." Ucap Edo yang membuat mereka bertiga penasaran.

"surprise? This is your wedding, kenapa jadi gue yang dikasih kejutan?"

"Lo tunggu sebentar aja, dan gue yakin, Lo gak akan nyesel."

Edo tersenyum. Zio masih terdiam. Edo melirik sekitarnya. Matanya mencari seseorang. Matanya berbinar ketika melihat seorang wanita yang baru saja tiba.

"Nah itu dia." Seketika mereka bertiga melirik ke wanita yang dimaksudkan Edo.

Wanita itu menggunakan dress putih panjang dengan potongan memanjang sampai pahanya yang putih mulus. Rambut kecoklatannya yang lurus digerai dengan indah. Banyak mata yang menatap wanita bermata coklat itu.

Zio menatap dalam wanita itu. Keningnya berkerut. Ia menelan ludahnya. Melihat wanita itu, "Ezaah?"

Langkah wanita itu terhenti di samping Zio, menatap Zio dalam sekejab. Lalu menatap Edo.

"Selamat atas pernikahan Anda Mr. Alfredo." Wanita itu menatap Viola. "Dan Mrs. Viola Maharani." Senyum wanita itu seketika hilang, "Tapi maaf, pernikahan kalian ada sedikit guncangan." Wanita itu sekarang menatap Zio. "Mr. Zif, saya Alana Fredella, seorang ISA."

Zio menautkan alisnya ketika Alana mengetahui nama gelapnya. Ditambah lagi dia terkejut juga bahwa wanita yang mirip sekali dengan Ezaah ini, adalah seorang ISA.

Tiba-tiba Alana mengeluarkan pistol dari balik dressnya dengan cekatan. Pistolnya diarahkan ke Zio dan Alana menatap Zio dengan tajam. "Anda ditahan, killer man."

Zio menatap Alana dengan tajam. Ini pertama kali baginya sebagai seorang pembunuh bayaran kelas atas, bingung cara melarikan diri dari International Secret Agent.

"Wow.. Wow.. Tahan dulu, Ana. Dia adalah Ziovan Frans. Seorang pengusaha kelapa sawit. Mungkin Anda salah orang, Ana." Edo berusaha menangkan suasana.

"Anda yakin? Saya mendapatkan informasi ada kehadiran Mr.Zif disini. Menurut informasi dia menggenakan kemeja hitam."

Tiba-tiba Alana memegang telinganya. Dia mendengarkan sebuah instruksi yang membuatnya mengangguk seketika. Wajahnya yang seram kini ia ganti dengan menatap semuanya dengan senyum. Ia menurunkan pistolnya.

"Saya serius Ana. Dan jangan buat keributan di pernikahan saya." Suara Edo terdengar tegas. Alana memasukan pistolnya. Ada sedikit rasa lega dihati Zio saat Alana memasukan pistolnya.

"I'm so sorry Mr.Alfredo."

"Ya tidak apa-apa. Lagipula tamu yang lainnya tidak tau."

Alana mengangguk, "kalo begitu, saya pergi dulu."

"Kok cuma sebentar? Gak mau makan atau minum dulu?" Ucap Viola yang turut menghangatkan suasana.

"Nope, thanks." Alana tersenyum menatap Viola, lalu Alana membalikan tubuhnya dan melangkah pergi. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia melirik ke arah belakang menatap Zio, "Mr. Ziovan, maaf untuk yang tadi." Alana tersenyum ramah ke Zio, lalu melangkah pergi.

Jantung Zio bergetar. Senyuman itu. Senyuman yang bisa menghangatkan hati Zio yang dingin. Senyuman anugerah terindah Tuhan. Wanita ini sama persis dengan Ezaah. Tapi bagaimana bisa? Apakah Ezaah memiliki kembaran? Atau Ezaah sebenarnya belum meninggal?


*** Epilog End ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar