Senin, 22 Juli 2019

Novel : "Lament Meratapi Kehilangan" Part 5-8




Part V
---------------------------

"PRAANKKK" suara pecahan kaca membuat seluruh orang yang berada di kelas menjadi terkejut. Mereka menghampiri datangnya suara itu. Ternyata kaca dari pintu kelas yang pecah. Terlihat juga pelakunya yang terdiam dengan tangannya yang berlumuran berdarah.

"Zio?! Lo kenapa?" Agnes terkejut melihat Zio lah pelakunya. Agnespun menghampiri Zio dan melihat keadaan tangan Zio.

"Ah itu gue ngga sengaja nes. Tadi gue iseng pengen buka pintu dorong kacanya. kayanya kekencengan deh gua dorongnya." Jelas Zio sambil tersenyum.

"Lo pea kali ya?" Cerosos agnes. "eh viola ambil antiseptik dan perban deh di UKS! Gece!" Perintah Agnes pada Viola yang sedari hanya menonton.

Anak-anak yang lainnya mengambil membersihkan pecahan beling. Sedangkan Zio dan Agnes duduk menunggu Viola yang sedang mengambil antiseptik dan perban.

"Hebat juga yah gue bisa pecahin kaca sekolah." Puji Zio pada dirinya sendiri. Agnes yang mendengar itu langsung menginjak kaki.

"Dasar ketua kelas pea! Jelas-jelas tangan Lo luka begini. Tangan sampe berlumuran darah gini! Lo mau tangan Lo buntung?" Oceh Agnes. Zio merintih kesakitan diinjak kakinya oleh Agnes.

"Iya bawel lah lo!"

Tiba-tiba Zio ingat sesuatu, "Ezaah belum dateng yah? Apa dia kesiangan?"

Agnes tertegun mendengar pertanyaan Zio. Agnes merasa tidak suka mendengar Zio bertanya tentang Ezaah. Agnes menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau memikirkan hal-hal negatif tentang Ezaah.

"Gatau"

"Lah bukannya..."

"Woy nih perban plus antiseptik nya" Tiba-tiba, viola datang membawa perban dan anti septik nya. Viola langsung memberikan itu ke agnes.

Dengan cetaka dan telaten, Agnes berhasil membersihkan luka Zio. Meski Zio kadang merintih kesakitan. Tapi akhirnya Agnes dapat memperban luka Zio.

Edo yang baru selesai membersihkan pecahan kaca, Langsung Menghampiri Zio.

"Lo gapapa bro?"

"Segini mah kecil kali do."

"Ziovan, dipanggil sama kepsek." Ucap seorang guru yang baru datang.

"Oh iya bu. Saya segera ke sana." Ucap Zio kepada guru itu, guru itu pun mengangguk dan pergi.

"Yaudah guys gue ke kepsek dulu ya" ucap Zio bangkit dari duduknya dan melangkah pergi keluar kelas. namun Zio tiba-tiba berhenti.

"Ohiya, Agnes!" Agnes menengok.

"Thanks yaa" ucap Zio dengan tersenyum. Senyuman di wajah Zio mampu membuat Agnes dadanya berdebar.

Agnes hanya mengangguk pelan. Tanpa sadar Zio telah hilang dibalik pintu.




Part VI
---------------------------

Panasnya terik matahari membuat banyak orang memilih untuk berlindung didalam ruangan. Ruangan yang disertai oleh kipas angin ataupun AC. Tidak lupa juga dengan minuman dingin yang sangat segar. Hal itu terlihat biasa. Tapi setidaknya itulah impian Zio yang sedang membersihkan halaman sekolah. Dengan sapu lidi dan pengki Zio harus membersihkan halaman sekolah yang seluas 200 M. Zio juga harus mencabut rumput-rumput yang sudah kering dan memotong rumput yang memanjang.

"Ah!! Cape bener dah! Kepsek parah banget sih kasih hukuman." Keluh Zio yang baju putihnya basah karena keringat.

"Mau dibantu?" Zio membalik badan dan melihat ada Agnes dibelakang nya. Zio bingung akan kehadiran Agnes. Karena ini masih jam pelajaran dan Agnes keluar kelas, bahkan ingin membantu Zio.

"Agnes? Lo bolos pelajaran?"

"Ehmm ngga cuma gue doang kok."

Zio menaikan sebelah alis tebalnya. Tiba-tiba datang Ezaah, Viola dan Edo. Mereka membawa beberapa sapu lidi dan pengki.

"Tunggu, Ezaah ikut ngebantu? Apa dia udah mulai peduli?" Batin Zio.

"Lah kok? Lo semua kesambet apa sampe bolos?"

"Kita ga bolos, kita cuma lolos dari pelajaran yang bikin ngantuk." Ucap viola yang sedang memakan poky.

"Iya kita juga kasian ngeliat Lo dekil sampe baju basah begitu." Ucap Edo dengan wajah meledek.

"Sial Lo do! Serius, Kok bisa kabur? Keren dah." Zio membenarkan tindakan teman-temannya itu nekat.

"Jadi, ini rencananya si Agnes. tadi kita satu persatu keluar kelas. Ngumpul didepan toilet. Dan kesini deh. Simple kan?" Jelas Edo.

"Gila.. keren. ET tapi Lo pada ngga takut kena oceh?" Zio jadi merasa khawatir teman-temannya akan kena masalah karena dirinya.

"Kebanyakan nanya." Ezaah pergi membawa sapu lidi ke ujung halaman. Hormon dopamine Zio naik ketika menyadari bahwa Ezaah disini turut membantu. Menurut Zio, kejadian ini sangat langkah. Karena Ezaah selalu cuek.

"Udah lah ayo kita kerjain." Ajak Agnes ke teman-temannya. Mereka semua mengangguk.

"Et btw, gue mau tanya." Zio angkat bicara. "Diantara Lo pada, ada yang tau tempat jual kaca? Selain dihukum gue juga harus ganti tuh kaca." Lanjutnya.

Mereka semua diam sejenak, mereka sedang berpikir.

"Gue tau!" Ucap Agnes antusias.

"Bagus! Ntar pulang sekolah kita mampir beli yah? Nanti pulangnya gue anter deh." Zio tersenyum.

"Bo-boleh." Agnes tidak bisa menolak keinginan Zio. Keinginan hatinya.

"Eh begeng! Makan Mulu, cepet kerja!" Sambar Edo melihat viola yang sedang makan. Sedangkan yang lainnya sedang membersihkan halaman.

Viola yang sadar, tak mau kalah dengan Edo.

"Eh gala! JANGAN songong! Gue makan banyak tapi ngga pernah gendut yah! Lo tuh ngaca, Lo itu kaya lidi berjalan!"

"Sok langsing banget lo! Lo tuh liat pipi udah kaya bapao!" Edo mencubit pipi Viola dengan gemas. Viola makin geram. Viola menyingkirkan tangan Edo dari wajahnya dengan kasar.

"Gak usah pegang-pegang deh! Jijik sama tangan Lo yang kotor itu!"

"Alaaah! Bilang aja Lo suka sama cubitan gue!"

"Jijik banget sih Lo!"

Melihat pertengkaran mereka berdua yang tidak selesai, Agnes berusaha menghentikan mereka berdua.

"Et guys saatnya kerja. Berantemnya nanti aja dulu."

"Diem Lo!" Ucap Edo dan Viola bersamaan ke Agnes dengan tatapan yang seram.

Agnes pun akhirnya mengabaikan mereka Dan mulai membersihkan halaman bersama Zio. Membiarkan Edo dan Viola yang sibuk bertarung.




Part VII
---------------------------

"Nes thanks ya udah anterin gue ke toko kaca." Ucap terimakasih Zio ke Agnes. Mereka berdua sekarang sedang berada di sebuah caffe.

"Lah itu biasa kali."

"Luar biasa bagi gue nes. Ditambah lagi Lo juga nyuruh temen-temen buat bantu gue tadi siang. Thank you very much nes."

"Lebay ah, udah cukuplah makasihnya. Kan Lo juga udah traktir gue makan disini." Agnes memakan makanannya dengan perlahan.

"Tapi bener deh Lo baik banget ternyata. Kalo ngga ada Lo, mungkin gue udah jadi ikan asin."

"Udahlah makan aja dulu."

Zio hanya menatap Agnes yang sedang makan tanpa menyentuh makanannya sendiri.

Agnes berusaha setenang mungkin karena tatapan dari Zio. Tangannya sudah mulai gemetar. Jantung nya sudah lari maraton sejak tadi.

"Kok Lo ngga ngajak yang lainnya? Si Edo,viola ataupun Ezaah." Agnes berbicara tanpa menatap Zio. Dia takut akan salting nantinya.

"Ngga ah. Gue sengaja mau ngobrol sama Lo." Ucap Zio yang sudah mulai makan makanannya. "Btw, Lo bukannya suka K-Pop yah? Viola atau Ezaah suka juga ngga?"

"Iya gue suka banget. Viola mah sukanya yang berbau makanan, misalnya acara masak-memasak gitu. Kalo Ezaah, dia pendiem sih dan suka banget baca buku. Tapi dia suka juga bunga."

"Bunga? Lo juga suka bunga?"

"Ehmm ngga terlalu sih. Biasa aja. Tapi si Ezaah suka ke halaman belakang sekolah dan bilangnya cari bunga."

"Emang dia suka bunga apaan?"

"Banyak, tapi bunga yang sering dia sebut blue bells."

"Kena juga." Batin Zio.

Tak kerasa, mereka terus berbincang tentang Ezaah. Sampai makanan mereka habis.

Zio mengantarkan Agnes dengan motornya. Selama perjalanan mereka berbincang tentang Ezaah. Sampai didepan rumah Agnes yang minimalis.

"Thanks ya Zio." Agnes turun dari motornya Zio dan melemparkan senyum ke Zio. Agnes terlihat sangat senang.

Zio membuka kaca helm yang dia gunakan. "Iya sama-sama. Oh iya, Lo ada Kouta kan?"

"Iya? Kenapa?"

"Ntar gue Line lo, okay. Bye"

Zio langsung menarik gas motornya yang besar itu lalu pergi. Sedangkan agnes terlihat terkejut melihat tingkah Zio seharian ini. Tapi Agnes menepis semua keraguannya. Yang jelas, hati Agnes bahagia.

Agnes bernyanyi kecil saat memasuki rumahnya. Sampai pada dikamarnya. Agnes sadar, jika dirinya telah jatuh cinta pada Zio.


Part VIII
---------------------------

Angin berhembus dengan kencang. Daun-daun pepohonan yang mengering berjatuhan. Awan gelap menutupi sinar matahari di atas kepala manusia. Seolah langit menyatakan hatinya sedang tidak baik. Seperti hati Ezaah yang sedang duduk di kursi taman sekolah. Disaat orang-orang memilih berlindung untuk kehangatan, ia memilih untuk merasakan dinginnya langit. Ezaah sangat suka menyendiri.

Dengan matanya yang terpejam, Ezaah memakai handset menikmati alunan musik. Ezaah pun bernyanyi.

You gotta go and get angry at all of my honesty

Tanpa Ezaah sadari, ketika ia mulai bernyanyi ada seseorang yang mendengarnya. Dibelakang kursinya.

You know I try but I don't do too well with apologies

I hope I don't run out of time, could someone call a referee?

Cause I just need one more shot at forgiveness

I know you know that I made those mistakes maybe one or twice

By once or twice I mean maybe a couple a hundred times

So let me, oh let me redeem, oh

redeem, oh myself tonight

Cause I just need one more shot at second chances

Orang tersebut terkejut melihat cairan bening keluar dari mata ezaah. Orang tersebut hanya bisa terdiam, menunggu Ezaah menyelesaikan nyanyiannya.

Yeah, is it too late now to say sorry?

Cause I'm missing more than just your body

Is it too late now to say sorry?

Yeah I know that I let you down

Is it too late to say I'm sorry now?

Tiba-tiba Ezaah berhenti menyanyi ketika menyadari ada Zio dibelakangnya. Zio yang sadar Ezaah sudah selesai bernyanyi pun bertepuk tangan kecil.

"Nice"

Ezaah langsung menghapusnya air matanya dengan cepat. Ezaah sangat malu, karena sudah dua tahun dia tidak bernyanyi didepan seseorang ataupun orang lain.

"Dari kapan anda disini?"

"Hmm dari konsernya dimulai." Ledek Zio. Zio pun duduk disampingnya Ezaah. Terlihat Zio sedang memegang setangkai bunga.

"Oh, lupain aja yang Anda dengar."

"Mana mungkin gue mau lupain suara bidadari." Ledek Zio yang membuat Ezaah menatapnya dengan tajam.

"Haha. Becanda kali. Ini gue bawa buat Lo. Lo suka bunga kan?"

Zio memberikan bunga berwarna putih itu ke Ezaah. Ezaah tertegun, sudah dua tahun ia tidak mendapatkan bunga dari seseorang. Ezaah benar-benar tidak menduganya. Ezaah mengambil bunga itu dengan senang hati.

Terlihat jelas wajah Ezaah tersenyum berseri. Sangat cantik. Pikir Zio ketika melihat ezaah tersenyum.

"Makasih ya." Ucap Ezaah dengan senyuman yang manis dan nada yang tidak dingin seperti biasanya. Ini pertama kalinya bagi Zio melihat senyum Ezaah. Zio benar-benar sangat suka melihat ezaah yang seperti ini.

"Tau arti bunga ini nggak?"

"Nggak. Tau namanya juga nggak. Gue cuma beli aja dipasar."

Zio pura-pura tidak tau. Sebenarnya dia tau jenis bunga itu dari Agnes semalam.

"Ini namanya bunga seruni, berasal dari Jepang. Bunga ini melambangkan kelembutan."

Jelas Ezaah dengan nada yang lembut. Suara Ezaah mampu membuat hati Zio bergetar.

"Syukur deh kalo Lo suka. Emangnya bunga yang paling Lo suka bunga apa?" Lagi-lagi Zio pura-pura tidak tau.

"Gue suka segala jenis bunga. Apalagi blue bells." Ucap Ezaah dengan semangat.

"Kalo itu artinya apa za?"

Tiba-tiba ekspresi wajah Ezaah berubah menjadi dingin lagi.

"Kesendirian dan penyesalan." Nada yang diucapkan nya juga serak.

"Za, please. Terbuka sama Gue sekali aja. Biarkan gue jadi teman hidup Lo." Batin Zio.

"Hmm balik ke kelas yuk za." Ajak Zio untuk menetralkan suasana. Zio tau seberapa keras dia memohon Ezaah untuk terbuka padanya, Ezaah tidak akan terbuka.

Ezaah hanya mengangguk tanpa ekspresi. Seperti biasanya. Seolah Ezaah yang ceria tadi hanyalah angin lewat saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar