Part IX
---------------------------
Ketika berjalan menuju kelas, Ezaah dan Zio hanya terdiam. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sedangkan lorong sekolah sepi karena pelajaran telah dimulai.
Braakk!!
Ezaah menabrak seseorang yang muncul didepannya tanpa sengaja. Cewek itu terjatuh, sedangkan Ezaah masih berdiri. Ezaah membangunkan cewek tersebut.
"Are you okay?"
"I'm okay."
Cewek itu rambutnya dikuncir satu dan memakai seragam yang berbeda dengan sekolah ezaah. Ezaah bisa menduga cewek itu siswi sekolah lain.
"Lo pindahan atau diutus sama sekolah kesini?" Tanya Zio tiba-tiba.
"Oh iya gue Paili. kelas 3 IPA SMA Anugerah. Gue wakil ketua OSIS." Paili mengulurkan tangannya dan disambut oleh jabatan tangan dari Ezaah.
"Ezaah, kelas XII IPA."
"Oh Ezaah, hai." Ucap Paili, Paili melirik name tag yang ada dikenakan oleh Ezaah.
Ezaah agak risih dengan lirikan paili. Sedangkan Paili hanya menunjukkan senyumnya dengan kedua lesung Pipit nya.
"Gue Zio, sekelas sama Ezaah." Ucap Zio tanpa berjabat tangan. Paili hanya membalasnya dengan angukan dan senyuman.
"Oh iya, Gue kebelet nih, toilet nya dimana ya?"
"Mau saya anter?" Ajak Ezaah yang membuat Paili girang.
"Mau!" Paili sangat antusias.
"Yaudah gue balik ke kelas duluan yah."
Zio kembali ke kelas. Sedangkan Ezaah dengan Paili pergi ke toilet.
"Eh dia ganteng ya? Dia pacar Lo ya za?" Tanya Paili.
"Bukan."
"Wah kok nggak sih. Padahal dia kelihatannya perfect loh."
"Ada acara apa Anda kesini?" Ezaah mengalihkan pembicaraan.
"Buat acara 17an nanti. Kan SMA Neo sama SMA Anugerah mau colab. Pokoknya planningnya udah bagus banget. Nanti Lo nikmati deh."
"Oh." Ezaah memang tidak mau ambil pusing.
Selama sekolah disini, Ezaah tidak pernah ikut acara sekolah ataupun ekskul. Dulu dia sangat ceria dan aktif, tapi sekarang tidak. Karena kejadian dua tahun yang lalu membuatnya berubah 180°.
Part X
---------------------------
"Guys ada yang mau partisipasi bernyanyi pas acara pentas seni 17an nanti?" Ucap Edo didepan kelas ketika jam istirahat berlangsung. Seluruh murid memperhatikan.
"Emang kelas yang lain gaada yang mau?" Tanya seorang siswa.
"Masalahnya gada, gue udah coba tanya ke kelas 1 sampe 3. Anak IPS juga gue udah tanyain. Tapi ada yang udah ikut lomba, ada yang udah ikut mengisi acara lain. Ditambah lagi waktu nya Minggu depan." Ucap Edo dengan nada frustasi.
"Kalo gada yang ngisi nyanyi, bisa-bisa kita malu sama SMA Anugerah." Lanjutnya
"Lo aja do, nggapapa kali ketos nyanyi." Unjar Viola sembari memakan Snack.
"Mana bisa. Lo tau gue ketos, gue sibuk lah."
Seluruh kelas mulai riuh oleh berdebatan. Sedangkan Ezaah hanya menatap kosong jendela. Tidak memperdulikan apa yang terjadi.
"WOI DIEM!!" tiba-tiba Zio memberhentikan keriuhaan yang terjadi. Anak-anak diam dan menatap Zio.
"Gimana yang nyanyi dia."
Zio menunjuk ke arah Ezaah. Ezaah pun sadar bahwa sekarang dialah orang menjadi pusat perhatian.
"A-apa?"
Tanyanya bingung. Karena sejak tadi Ezaah hanya menatap jendela dan tidak mendengarkan.
"Emang Ezaah bisa nyanyi?" Tanya salah satu murid.
"Ah iya, dia aja jarang ngomong, mana bisa nyanyi." Muridnya lainnya angkat bicara.
"Suara nya pasti jelek banget."
.
.
.
Murid-murid mulai mengucilkan Ezaah. Ezaah hanya terdiam seolah tidak peduli.
"DIEM DULU! Kaya anak kampung Lo pada!" Zio mulai geram dan murid-murid terdiam.
"Do, nanti yang nyanyi Ezaah. Seterah dia mau pilih lagu apa. Lo urus sana."
Zio melangkah keluar kelas. Terlihat Zio mengepalkan tangannya. Zio merasa tidak suka karena ada yang mengucilkan Ezaah.
Edo hanya mengangguk mengerti dan langsung menghampiri Ezaah dikursi paling belakang.
"Za lo mau lagu apa? Biar nanti instrumen nya gue siapin."
"Maaf tapi saya nggak bisa."
"Za, lo tau kan guru dan anak SMA Anugerah juga bakal dateng. so, please nyanyi. Demi sekolah kita." Edo memasang muka hopeless.
"Maaf saya nggak bisa."
Mendengar itu, Viola dan Agnes pun menghampiri Ezaah.
"Za nyanyi aja. Masa Lo tega biarin sekolah kita malu. Udah kepepet banget masalahnya." Bujuk Agnes sembari memegang tangan Ezaah. Berharap Ezaah mengiyakan bujukan Agnes.
"Iya za, ikut aja. Jangan malu. Nanti gue kasih makan cokelat deh biar gengsinya ilang." Kali ini Viola yang membujuk.
Ezaah berpikir jika dia bernyanyi, dia akan menjadi pusat perhatian. Ezaah tidak suka menjadi pusat perhatian. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan reputasi sekolah dan Edo sebagai ketua OSIS buruk dimata sekolah lain.
"Ya-yaudah, saya bakal nyanyi."
Kali ini Ezaah mengikuti kata hatinya. Entah apa yang akan terjadi jika ia mengikuti kata hatinya. Dulu Ezaah juga sering membuat kesalahan karena mengikuti kata hatinya. Tapi yang ini Ezaah yakin, ia tidak akan salah.
Part XI
---------------------------
Setengah jam lagi Ezaah tampil. Ezaah terlihat seperti mencari seseorang dibelakang panggung. Sekitar 5 menit mencari, akhirnya Ezaah menemukan cewek itu di ruang make up yang terlihat sibuk memberikan instruksi. Cewek itulah pengurus pentas seni. Sekaligus wakil ketos SMA anugerah.
"Paili" panggil Ezaah sembari menghampirinya. Paili pun melihatnya dengan senyuman.
"Ezaah, Ada apa?"
"Kapan saya tampil?"
Paili pun melihat kertas-kertas yang dia genggam sejak tadi.
"10 menit lagi." Paili teringat sesuatu. "Ohiya Lo udah tau kan pake kostum apa?"
"Emang ngga boleh pake seragam aja?" Ezaah merapikan seragam sekolah yang dia kenakan.
"Nggaklah za, bentar gue ambilin dulu." Paili pun pergi sebentar.
Ezaah pun duduk menunggunya. Ezaah sangat gugup.
Sebentar lagi dia menyanyi diatas panggung. Kakinya gemetar mengingatnya. Ezaah berusaha menenangkan dirinya. Ezaah hanya berharap Viola cepat menyelesaikan lomba makan coklatnya dan Agnes selesai dengan lomba melukis.
Tak lama kemudian, paili pun sudah kembali. Ezaah terkejut melihat kostum yang dibawakan oleh Paili. kostum nanas.
"Gue pake ini?"
"Iya, kan pentas seni untuk menghibur penonton Za." Jelas Paili dengan senyuman manis.
"Tapi kali Lo mau ganti juga gapapa kok." Paili memasang wajah murung.
Ezaah berpikir sejenak. Ini semua untuk sekolahnya. Ezaah langsung mengiyakan Paili dan langsung Menganti seragamnya dengan kostum nanas.
Ezaah melakukan ini untuk teman-temannya. Untuk Edo reputasinya sebagai ketos dan teman-temannya. Serta citra sekolahnya.
Setelah selesai, Ezaah menggunakan waktu yang tersisa untuk memakai sedikit makeup. Make up tipis juga telah membuat cerah wajah cantik Ezaah.
Tak lama Paili memanggil Ezaah. Inilah waktunya bagi Ezaah. sudah lama ia tidak menyanyi diatas panggung, dan sekarang kembali bernyanyi.
Hatinya sangat gugup disisi lain hatinya juga sangat bersemangat.
Kakinya melangkah menuju panggung. Kursi-kursi aula yang banyak hampir penuh dengan para penonton. Banyak penonton yang tertawa melihat Ezaah dengan kostum nanas. Hal ini membuat Ezaah sangat gugup. Zio juga di sana, dikursi penonton paling depan dengan wajah yang terheran.
Mic yang digenggam Ezaah gemetar. Jantungnya pun juga ikut bergetar. Penonton sudah berhenti tertawa. Ezaah menarik napasnya, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Musik pun mulai terdengar, Ezaah pun mulai bernyanyi.
It's all that I know
The love that you gave
Another one to fold
And I thought it would last
Lost to the cold
A frozen heart abandoned in
A land of broken hope
Hope
Penonton yang semula mengucilkan Ezaah, seketika diam terpaku akan suara Ezaah. Ezaah memberanikan diri untuk menatap para penonton. Melihat setiap orang yang hadir.
Little did I know that we would end up here
Little did I know that I was just another page
Seketika Ezaah memperlihatkan ekspresi penghayatan lagu. Pandangannya tertuju pada cowok berkacamata. Matanya terlihat berbendung air mata. Audiens semakin terpesona akan penampilan Ezaah.
Repair my heart'
Cause of the damage that's been made
Although it's hard for me
To share what's left unsaidLittle girl, don't you cry no more
He took your heart but not your soul
Wipe the tears away
We look back at our lives
Snuggled and warm by the fire
What it could've been
If you have stayed?
Little did I know that we would end up here
Little did I know that I was just another page
Repair my heart
'Cause of the damage that's been made
Although it's hard for meTo share what's left unsaid
Little girl, don't you cry no moreHe took your heart but not your soul
Wipe the tears away
(Left Unsaid)
Penonton bersorak ria dengan tepuk tangan. Mereka sangat kagum atas suara Ezaah yang begitu indah. Banyak juga yang memberikan pujian. Ezaah mengabaikan reaksi audiens. Dia langsung pergi ke belakang panggung. Sedangkan Zio langsung keluar dari kursi penonton.
Ezaah berlari, karena air matanya tidak berhenti mengalir. Ezaah tidak ingin menunjukkan dirinya yang lemah. Orang-orang banyak yang terheran-heran melihat seorang gadis seperti Ezaah berlari menggunakan kostum nanas. Ezaah tidak peduli tatapan mereka. Ezaah hanya ingin berlari secepat mungkin. Meninggalkan keramaian.
Part XII
---------------------------
Sebuah tinjauan jatuh ke wajah Edo. Edo pun tersungkur karenanya. Edo yang sendirian dikelas terlihat sibuk dengan kertas-kertas, dibuat bingung.
"Lo kenapa sih Zio?! Emangnya gue salah apa sampe lo pukul?!" Tanya Edo yang memegangi wajahnya yang perih.
Terlihat wajah Zio memerah akibat geram.
"Lo bilang salah apa?! Jadi Lo ngerasa gak bersalah?!"
Zio menarik kerah baju Edo, menatap Edo dengan tatapan mematikan.
"Apa sih! Emang apa kesalahan gue!" Bentak Edo yang sudah mulai geram.
"Lo nyuruh Ezaah pake kostum nanas kan!"
Edo terlihat bingung dengan ucapan Zio. Dia sama sekali tidak tau itu. Edo hanya ditugaskan mengurus pentas seni.
"Ezaah? Kostum nanas?"
"Cih! Jawab aja iya!"
"Lo gila yah! Ngapain gue nyuruh temen gue sendiri pake kostum nanas!"
Zio berusaha melihat kejujuran dimata Edo. Ya Edo benar. Untuk apa Edo menyuruh Ezaah memakai kostum nanas. Itu akan membuat citra sekolahnya buruk, juga jabatannya. Zio melepaskan kerah cengkraman nya.
"Sorry, gue kebawa emosi."
Zio pun duduk di kursi. Terlihat Zio frustasi.
"Tapi kalo bukan Lo, siapa yang nyuruh Ezaah pake kostum nanas?"
"SMA Neo ngurus perlombaan dan SMA anugerah yang ngurus pentas seni. Seingat gue, yang ngurus itu..." terlihat Edo berpikir keras untuk mengingat.
"Ehmm iya. Si wakil ketua OSIS. Tapi siapa yah namanya..." Edo terlihat berpikir lagi.
Zio mengingat satu nama. Si wakil ketua OSIS itu. Yang pernah nabrak Ezaah. Namanya, "Paili!" Tebak Zio.
"Wah, Iya! namanya Paili. Kok Lo bisa tau?"
"Udah jangan banyak nanya, sekarang ikut gue." Zio menarik Edo pergi dari ruangan.
"Ett tapi tugas gue banyak."
"Lebih penting tugas apa temen Lo?" Edo tertegun mendengar perkataan Zio. Zio benar, pikir Edo. Selama ini Edo selalu sibuk dengan tugasnya sebagai ketua OSIS. Tidak memikirkan hal yang lainnya. Edo pun ikut Zio.
Bersambung ke part 13...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar